A. Pengertian
Streptococcus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat, yang mempunyai karakteristik dapat membentuk pasangan atau rantai selama pertumbuhannya. Srteptococcus termasuk kelompok bakteri yang heterogen dan tidak ada satu system pun yang mampu mengklasifikasikannya. Streptococcus ini ada dua puluh jenis. Yang salah satunya adalah Streptococcus peumoniae (pneumococcus). Untuk mengetahui lebih lanjutnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi antigen polisakarida pada kapsul.
Sedangkan pneumococcus (Streptococcus pneumoniae) adalah diplococcusgram positif, sering berbentuk lanset atau berbentuk rantai pendek, bagian belakang tiap pasangan sel secara khas berbentuk tombak (runcing tumpul) atau seperti memiliki kapsul, tidak membentuk spora dan tidak berferak tetapi galur yang ganas berkapsul, menghasilkan α-hemolisis pada agar darah dan akan terlisis oleh garam empedu dan deterjen.
Diplokokus berbentuk lanset ini ditemukan pada saliva manusia oleh Sternberg dan Pasteur pada tahun 1881 di tempat yang terpisah. Meskipun kedua orang tersebut masing-masing berhasil membuat septicemia dengan jalan menyuntikkan kuman ini pada kelinci, namun mereka tidak menghubungkan dengan penyakit pneumonia.
B. Morfologi dan Identifikasi
Secara makroskopik nampak sebagai kokus berbentuk lanset, tipikal gram-positif yang sering dilihat dalam specimen kultur baru, biasanya berpasangan dan berselubung. Dalam sputum atau nanah. Semakin lama, organisme cepat berubah menjadi gram negative dan mengalami lisis secara spontan.
Pneumococcus membentuk koloni bundar kecil . Pertama berbentuk kubah dan kemudian berkembang membentuk pusat platelau dengan tepi yang mengalami peninggian. Pneumococcus merupakan hemolitik α pada agar darah. Pertumbuhanya ditingkatkan oleh 5-10% CO.
Pnemococcus tipe III berbentuk bulat, baik yang berasal dari eksudat maupun dari perbeniha. Rantaian panjang terdapat bila ditanam dalam perbenihan yang hanya sedikit mengandung magnesium.
C. Struktur Antigen
Antigen terpenting adalah kapsul polisakarida yang menentukan virulensi dan 5 macam tipe spesifik. Namun secara imunologi dibedakan menjadi 84 tipe. Polisakarida merupakan suatu anatigen yang mendapatkan respon sel B. Bagian somatis pneumococcus mengandung protein M dimana karakteristik untuk masing-masing tipe dan kelompok karbohidrat spesifik bersifat umum bagi semua pneumococci. Karbohidrat dapat direspirasi oleh protein reaktif C, yakni substansi yang didapat dalam serum pasien-pasien tertentu.
Jika kuman dicampur dengan serum anti spesifik ( antipolisakarida dari tipe sama atau dengan polivalen diatas mikroskop), maka selubung akan membengkak atau berkembang secara nyata. Reaksi ini disebut reaksi quelung. Reaksi ini bermanfaat untuk identifikasi cepat dan penentuan tipe organisme baik dalam sputum maupun dalam kultur.
D. Patogenesis
Pneumococcus merupakan penghuni normal tractus respiratorius bagian atas manusia sekitar 60-80% dan dapat menyebabkan pneumonia, sinusitis, otitis, bronchitis, conjungtivis, bakteremia, meningitis, osteomeilitis, arthritis, bronchitis, ulcerasi kornea, endokarditis dan proses infeksi lainnya.
Pneumococcus merupakan penghuni normal tractus respiratorius bagian atas manusia sekitar 60-80% dan dapat menyebabkan pneumonia, sinusitis, otitis, bronchitis, conjungtivis, bakteremia, meningitis, osteomeilitis, arthritis, bronchitis, ulcerasi kornea, endokarditis dan proses infeksi lainnya.
Pneumococcus pada orang dewasa, tipe 1-8 bertanggung jawab kira-kira 75% kasus pneumonia yang lebih dari setengah angka kematian akibat bakteremia karena pneumococcus terutama pada anak-anak.
Sekitar 40-70% dari manusia kadang-kadang merupakan carrier (pembawa) pneumococcus yang virulen, maka mukosa pernapasan normal harus memiliki daya tahan alamiah bagi pneumococcus. Faktor-faktor yang mungkin menyebabkan rendahnya resistensi dan berpengaruh pada infeksi pneumococcal, diantaranya sebagai berikut:
a. Ketidak normalan saluran pernapasan;
b. Alkohol atau intoksikasi obat;
c. Dinamika peredaran abnormal;dan
d. Mekanisme lain.
E. Patologi
Infeksi pneumococcus menyebabkan pengeluaran cairan edema fibrin secara berlebihan kedalam alveoli, yang diikuti oleh sel darah merah dan leukosit yang menyebabkan kosolidasi dari paru-paru. Mereka dapat mencapai aliran darah melalui cairan limfa dari paru-paru. Dinding alveolar tetap utuh secara normal selama infeksi. Kemudian sel-sel mononuclear secara aktif melakukan fagosit pada debris, dan fase cairan ini secara bertahap disrap kembali. Pneumococcus ditangkap oleh fagosit dan dicerna secara intraseluler.
F. Tanda-Tanda Klinis
Awal penyakit ini, ketika demam meninggi, maka dalam bakteremia tampak dalam10-20% kasus. Serangan pneumonia oleh pneumococcus biasanya mendadak diikuti dengan demam, menggigil dan nyeri tajam pada pleura. Sputum mirip dengan eksudat alveolar, secara karakteristik berdarah atau berwarna merah kecoklatan.Dengan terapi antimikroba, penyakit biasanya hilang secara bertahap. Jika obat-obat diberikan secara awal, maka pekembangan konsolidasi terganggu.
G. Uji Diagnostik Laboratorium
Pertama kita ambil darah untuk kultur dan sputum untuk mengetahui apakah ada pneumococcus melalui hapusan dari kultur. Sputum dapat diamati dengan cara:
- Hapusan yang diwarnai;
- Tes pembengkakan kapsul;
- Kultur;
- Suntikan intraperitoneal sputum pada tikus;dan
- Pneucoccal meningtis.
Sampel bisa berasal dari makanan, muntahan penderita (isi lambung), feces, dan darah untuk memeriksa adanya toxin botulinum, perbenihan dan percobaan binatang.
H. Kekebalan
Kekebalan terhadap infeksi oleh pneumococcus adalah tipe spesifik yang tergantung pada antibodi terhadap polisakarida kapsuler dan pada fungsi fagostik. Vaksin dapat menimbulkan produksi antibodi terhadap polisakarida kapsuler.
Kuman pneumococcus dalam sputum yang kering yang tidak terkena sinar matahari secara langsung dapat tahan beberapa bulan. Dalam perbenihan biasa mati setelah babarapa hari, tetapi dapat dipertahankan dan tetap virulen berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun bila disimpan dalam keadaan liofil.
I. Mortalitas
Angka kematian pada pneumonia tergantung pada ras, seks, umur, keadaan umum penderita, tipe kumannya, luasnya bagian paru-paru yang terkena, ada tidaknya septikemia, ada tidaknya komplikasi, pemberian terapi spesifik, dan faktor lainnya.
J. Pencegahan dan Pengobatan
Peningkatan daya tahan tubuh, personal hygiene dan sanitasi lingkungan yang baik dapat mencegah penularnya penyakit yang disebabkan oleh flora ini.
Semua tipe pneumococcus sensitif terhadap penisilin. Penisilin merupakn drug of choice yang berbahaya bila terjadi infeksi sekunder oleh safilococcus yang resisten terhadap penisilin dan antibiotika lainnya. Pada pneumonia dan septikemia cukup dengan penisilin dosis 500.000-1.000.000 satuan setiap hari. Sedangkan pada meningtis diperlukan dosis yang lebih tinggi agar dapat mencapai selaput otak.
Yup,
ReplyDeleteGa cuma pneumonia.
Tapi juga semua penaykit