Tuesday, 17 December 2013

Diam-Diam Suka Lyrics


Singer : Cherybelle


Kau adalah incaran hatiku
Ku slalu memperhatikanmu
Tak henti menjadi teman berbagi
Semoga kau rasa apa yang kurasa
Dibalik senyumku ada cinta untukmu
Dibalik matamu ada hati yang menunggu

Aku diam diam suka kamu
Ku coba mendekat
Ku coba mendekati hatimu
Aku diam diam suka kamu
Semua kan indah seandainya aku bisa memilikimu
 
Kau adalah incaran hatiku
Ku slalu memperhatikanmu
Tak henti menjadi teman berbagi
Semoga kau rasa apa yang kurasa
Dibalik senyumku ada cinta untukmu
Dibalik matamu ada hati yang menunggu

Aku diam diam suka kamu
Ku coba mendekat
Ku coba mendekati hatimu
Aku diam diam suka kamu
Semua kan indah seandainya aku bisa memilikimu

Wednesday, 11 September 2013

Tanah Air (Lyrics)

Cipt: Ibu Soed
Tanah air ku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidakkan hilang dari kalbu
Tanah ku yang kucintai
Engkau kuhargai

Walaupun banyak negeri kujalani
yang mahsyur permai di kata orang
Tetapi kampung dan rumahku
Disanalah ku rasa senang
Tanah ku tak kulupakan
Engkau kubanggakan
Tanah air ku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidakkan hilang dari kalbu
Tanah ku yang kucintai
Engkau kuhargai



 Lagu diatas saya tulis untuk mengenang wisuda saya 1 tahun yang lalu. Miss you all friends

Thursday, 8 August 2013

Lebaran Ajaib



07-08-2013
Tahun yang ke 20 aku merayakan lebaran dirumah. Fantastis. Tak aku sudah berkepala dua. Tapi, jangan dikira aku berumur 20 tahun, aku sudah menginjak umur 22,5 tahun. Itu artinya 2 tahun pernah kulewati idul fitri dirumah. Yang pertama, ketika aku duduk di kelas 3 Tsanawiyah, ketika kakekku meninggal. Dan yang kedua ketika aku duduk di kelas 2 Aliyah, ketika kiaiku menyuruh kami yang  untuk tidak pulang hingga kelulusan kelas 3.
Lebaran tahun ini berbeda dengan lebaran-lebaran sebelumnya. Musholla ditempatku sangat sepi. Tak ada satu orang pun yang mengumandangkan takbiran diiringi tabuhan-tabuhan beduk oleh warga sekitar. Anak-anak kecil yang biasanya antusias untuk memegang mikrofon dimalam kemenangan ini telah menghilang bagai ditelan zaman. Ibu-ibu yang dulu menuntun anak-anaknya ke mushola kini entah kemana. Terlebih ketika diluar bulan ramadhan, tempat ibadah ini kerap kali tak ada imam maupun muadzin yang menumandangkan adzan.Miris.
Keluargaku sendiri memang setiap tahun tak pergi kemushola. Kami hanya berdiam dirumah untuk menyambut tamu yang datang. Maklum, kami masih hidup menumpang bersama nenek. Itu pertanda paman-bibiku datang ketika malam lebaran tiba. Apalagi tahun ini kondisi nenek tak memungkinkan untuk ditinggal jauh-jauh. Mau tak mau kami harus tetap berada dirumah, kecuali ada hal yang penting.
“Yah, temenin ke Karangampel dong,” pintaku pada ayah.
“Ngapain?” tanyanya datar.
“Pengen beli kaos kaki,” jawabku cepat.
“Lho, bukannya udah banyak kaos kaki ya?” tanyanya lagi.
“Yang itu beda yah, itu punya Via. Bukan punyaku,” ucapku memelas.
“Ya sudah, hayuk,” ucapnya mengabulkan.
“Aku ikut yaaah,” teriak Ahmad, adik bontotku.
“Jangan, disini aja sama Teh Via,” ucapnya.
“Nggak papa yah, biarin aja. Asal nggak ngantuk,” usulku.
Ayah terdiam beberapa saat.
“Ya sudah, tapi adek jangan ngantuk ya,” katanya mengingatkan.
Ahmad mengangguk.
***
Sepanjang perjalanan tak ada satu pun dari kami yang bersuara. Namun, suara-suara takbiran, petasan dan kembang api yang bertebaran disepanjang jalan sudah sangat cukup mewakili kebahagiaan dan sukacita kami dimalam ini. Dari sekian banyak warung yang tutup, ada pula yang tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini dengan berjualan bensin dan makanan ringan dijalan. Beberapa anak bergelombol hanya sekedar ngobrol-ngobrol ringan. Disisi lain, ada yang merayakannya dengan mabuk-mabukan. Yang melewati tempat tersebut hanya bisa menggelengkan kepala dan bersumpah serapah dibelakang. Ya, karena jika mereka melarang berarti menghancurkan kebahagiaan dimalam indah ini. Walaupun demikian obor dan lampu warna-warni tetap tak peduli dengan keadaan sekitar. Ia akan tetap tersenyum menghiasi sepanjang jalan desa kami. Nuansa romantis  kental diiringi alunan takbiran yang syahdu sangat menyentuh kalbu.
“Yah, liat yah. Itu kembang apinya bagus banget!!!” seru Ahmad.
“Iya,” Ayah tersenyum.
“Nanti aku beli ya yah, yang banyak,”pintanya.
“Nggak usah dek, dirumah kan udah ada. Ngapain beli lagi. Kan sayang,” aku melarang.
“Nggak mau, pokoknya beli yang banyak,” Ahmad kembali merajuk.
“Iya, iya. Nanti kita beli lagi,” ucap ayah menengahi.
Itu lah yang tak kusuka dari Ayah. Selalu mengabulkan apa yang diminta Ahmad. Tapi mau bagaimana lagi, jika tidak dikabulkan kami lah yang akan susah untuk menghentikan aksi nekatnya.
Disepanjang pasar tradisional yang biasanya sepi, hari ini sangat ramai. Jalanan yang biasanya lengang, malam ini padat merayap. Jalur-jalur tikus persimpangan perlintasan sepeda motor semuanya ditutup. Lampu rambu lalu lintas yang biasanya eror hari ini menyala. Puluhan satpol PP yang biasanya duduk santai atau tidur nyaman dirumah ketika malam hari, kini siap siaga berjaga disetiap pos yang telah ditentukan. Dan aku yang biasanya sudah terlelap dirumah pun masih berkeliaran mencari kaos kaki di toko. Ajaib. Lebaran sangat merubah segalanya.

Bersambung...

Tuesday, 6 August 2013

Nasib Putri Sulung



“Neng Uswah, neng…,” terdengar suara ibuku memanggil.
lenawaw.blogspot.com - 
Aku tak bergeming. Sengaja kubiarkan begitu saja, agar ibuku menyuruh adikku untuk mengerjakannya. Aku begitu sangat lelah sekali hari ini. Cucian hari ini bagai gunung. Banyak sekali yang harus dicuci. Dari sprei, mukenah, baju sekolah adik-adikku, hingga jaket tebal ayahku. Semua itu sangat menguras tenagaku. Aku sendiri terkadang heran sendiri mengapa aku yang lebih sering disuruh melakukan banyak hal oleh ibuku dari pada adikku yang pertama. Padahal aku sangat tau adikku adikku tak melakukan apa-apa dirumah. Ia hanya bermain dengan adik-adikku yang lain, sms an, browsing, dan itu-itu saja kegiatannya. Tak ada yang terlalu berarti.
Adikku yang satu ini baru pulang sekitar 3 hari yang lalu. Ia kuliah di salah satu universitas negri di Jogja. Usia kami hanya terpaut 3 tahun. Ia cantik, pintar dan memang sedikit lebih dekat dengan adik-adikku yang lain. Sedangkan aku yang memang tak terlalu suka untuk sering-sering bermain dengan mereka. Karena aku pikir aku hanya menyia-nyiakan waktu saja jika dihabiskan untuk bermain. Banyak pekerjaan yang harus dilakukan yang lebih penting dari itu.  
Walaupun ibuku tak pernah menyuruhku untuk melakukannya, namun rasanya tak tega jika ibuku melakukan pekerjaan itu semuanya. Mengurus nenekku mandi dan buang air setiap harinya saja sudah melelahkan. Apalagi ditambah baju anak-anaknya banyaknya sangat luar biasa. Kurang ajar sekali jika aku membiarkan ibuku melakukannya seorang diri. Itu sama saja membuat ibuku menderita dan memperlakukannya seperti pembantu. Sedangkan hari ini aku sengaja tak melakukan apapun agar ibuku tak hanya menyuruhku ketika adikku dirumah.
***
“Mi, miii… Liat,” ucapku sambil menunjuk kearah betisku.
 Tampak gurat biru tua berkelok dibawah lututku. Ya, itu tak lain adalah varices.
“Apa itu?” Tanya ibuku.
“Ini… Varices mi,” ucapku tersendat diiringi uraian air mata.
Hatiku rasanya hancur berkeping-keping melihat pemandangan dikakiku. Bagaimana mungkin? Aku harus menerima kenyataan ini. Aku bervarices!!! Ternyata tak hanya orang tua saja yang bias terkena varices. Anak muda sepertikupun ternyata sudah seperti ini. Berbagai macam pertanyaan berkelebat dalam tempurung kepalaku. Adakah orang yang sudi menerima dengan kekuranganku ini? Bagaimana jika aku hamil? Seberapa banyak varices yang terlihat? Apakah suamiku akan menerima? Bagaimana jika…
Kehawatiranku benar-benar menguras emosi. Aku langsung lari kekamar dan membenamkan mukaku kebantal. Tak ada satu kata pun yang mampu aku keluarkan selain isak tangis pilu yang sangat meyayat hati. Tak lama kemudian, adik sulungku masuk. Ekspresinya datar. Hanya mengambil baju rupanya. Tak berselang lama kemudian, ibuku pun menyusul masuk. Aku kira ibuku akan peduli atau pun menghibur atas  apa yang terjadi pada putri sulungnya. Ternyata aku salah besar ia hanya masuk untuk mengambil uang. Dan takkan pernah kembali lagi. Aku hanya bisa menangisi apa yang telah terjadi hingga adzan maghrib berkumandang.

Sunday, 5 May 2013

Tak Akan Rugi Koleksi Buku Agama

http://ishikura.blogspot.com/2012/04/merawat-buku.html
Makan asam garam dengan 1/3 umur nabi Muhammmad SAW bisa dikatakan lumayan bagi saya. Banyak sekali tantangan dan hal yang baru saya dapatkan pada umur 22 tahun ini. It's very nice and amazing for me.
 
Dari sekian pekerjaan yang pernah saya lakukan, salah satunya adalah mengkoleksi buku. Buku apapun saya koleksi. Mulai dari novel, biografi tokoh, kitab-kitab klasik, atlas-atlas,buku-buku keperawatan dan kedokteran dan lain-lain.Mungkin anda akan bertanya, apakah buku-biku saya itu saya baca? Jawabannya adalah: jarang. Karena dengan (alasan) kesibukan saya, saya tidak selalu mempunyai waktu untuk menyentuh mereka.
 
Dari sekian buku yang saya koleksi, ternyata hanya buku-buku agamalah yang sampai saat ini belum kadaluarsa manfaatnya. Buku-buku agama akan selalu konsisten, tidak akan pernah berubah untuk kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari hingga kita meninggal nanti. Sedangkan buku-buku yang lain akan selalu ada inovasi-inovasi baru sesuai perkembangan jaman. Apakah teori itu masih sesuai atau tidak.
 
So, jika anda banyak mengkoleksi buku agama, saya jamin tidak akan rugi dunia akhirat.

Monday, 7 January 2013

Gagal ke Cirebon, Lulu Habiskan Liburan di Dapur



Indramayu- Setelah  gagal ke Cirebon karena ibu dan adiknya, Ahmad Fathurrohman sakit, Lulu habiskan libur di dapur. Ia  mengatakan memasak adalah salah satu alternative bagus untuk menghilangkan kejenuhan rutinitas hariannya.
Wanita bergelar ahli madya keperawatan (Amd. Kep, red) ini berencana akan membuat sup tomat, empek-empek Palembang, nasi uduk, nasi kuning, roti bakar dan aneka makanan khas jawa lainnya.
Menurut Atun, Lulu termasuk orang yang “kiyengan” dan suka mencoba hal yang baru dalam hal masak memasak. Masakannya pun selalu mendapat pujian dari ayahnya yang konon tak pernah melihat anak sulungnya memasak ketika masih sekolah dibangku kuliah ataupun SMA. Ayahnya mengaku bangga mempunyai anak sulung yang bias menjadi panutan adik-adiknya ini.

Wednesday, 2 January 2013

Lulu Berencana Menghabiskan Liburan di Indramayu dan Cirebon

 Santri salaf modern 'Lu'luatun Nashihah' mengaku sedang liburan hingga minggu depan saat ditanya salah seorang temannya. Ia berencana akan menghabiskan liburan di tanah kelahirannya, Indramayu dan tanah kelahiran ibunya, Cirebon. Gadis manis yang hampir menginjak usia 22 tahun silam ini berencana akan berangkat ke Cirebon ba'da Ashar bersama ibu dan kedua adiknya, Fathu dan Luthfiyah, sedangkan Umronah tidak ikut karena sedang mengikuti Ujian Akhir Semester.

Lulu mengatakan selain liburan ini menjadi ajang silaturahmi bersama keluarga, ia juga akan memanfaatkan liburan ini sebaik-baiknya untuk mengcharge ulang badan dan otaknya dari rutinitas hariannya. Setelah itu ia akan kembali lagi meneruskan kegiatannya.
"Seberanya liburan kali ini ingin berkunjung kerumah cak Novi, di Surabaya atau di Bandung, namun budget tidak mendukung. Akhirnya ia hanya pasrah menikmati semua takdir ini," ucapnya lebay.